Menjadi muda itu menyenangkan, karena sebagai anak muda, kita berada pada rentang umur produktif, memiliki tenaga yang masih kuat dan sehat, rasa ingin tahu yang besar, dan pemikiran-pemikiran kreatif. Namun, di sisi lain, menjadi muda kadang juga menakutkan, jika kita menjadi pemuda yang bingung menentukan arah hidup, atau bahkan sudah salah arah, karena begitu banyak penyimpangan di dunia ini, pergaulan yang tidak sehat, kemalasan yang mengintai, dan lain sebagainya. Lalu, bagaimana menjadi pemuda yang “kaya” akan semangat untuk menjadi manusia bermartabat dan menjadi berkat bagi sesama? Let me tell you a story…

96 tahun yang lalu. Segelintir anak muda Hindia Belanda mendapatkan privilege untuk menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi. Mereka berasal dari seantero Nusantara, yang mengenyam pendidikan di daerah Jakarta dan Bandung. Karena saat itu minim teknologi, saya membayangkan, hari-hari mereka, diisi dengan membaca buku atau surat kabar. Sehingga, mereka pada akhirnya mengerti tentang paham nasionalisme, liberalisme, sosialisme, demokrasi., dan lain sebagainya. Mereka membentuk perkumpulan untuk mendiskusikan hal ini. Dalam hati dan pikiran mereka, tumbuh satu senjata utama dari perjuangan meraih kemerdekaan, yaitu NASIONALISME.

Kecintaan terhadap bangsa ini, keinginan untuk berdiri di atas kaki sendiri, membuat mereka menemukan formula hebat selanjutnya, yaitu PERSATUAN. Semangat Nasionalisme dan Persatuan itulah yang pada akhirnya tanggal 28 Oktober 1928, melahirkan SUMPAH PEMUDA. Ikrar pertama atas persatuan bangsa untuk meraih cita-cita luhur Indonesia Merdeka.  Perjuangan mereka belum luntur, bahkan hingga tahun 2024, kami tidak akan lupa dan memang tidak boleh lupa. Maka dari itu, pada tanggal 1 November 2024, kami para siswa siswi SMA Kristen Petra Acitya memperingati Hari Sumpah Pemuda dan Bulan Bahasa dengan berbagai lomba seperti Storytelling, Cosplay, dan the best national costume.

Story telling dilaksanakan di Ruang Chapel, dengan tema peristiwa sekitar Sumpah Pemuda sedangkan Cosplay pahlawan pada mata uang Indonesia, dilaksanakan di Ruang Multipurpose, ada yang menjadi Soekarno, Pattimura, Imam Bonjol, I Gusti Ngurah Rai, dan lain sebagainya. Melalui 2 lomba  ini kita diajak kembali merenungkan, tentang, perjuangan para pemuda di masa itu untuk membentuk rasa nasionalisme, dan seberapa besar perjuangan mereka berdampak bagi kehidupan kita di masa kini. Tidak hanya sekadar menjadi ajang adu mirip, tetapi kami juga menarasikan perjuangan dari masing-masing pahlawan yang kami bawakan. Maka, sekali-kali kita tidak boleh menganggap remeh kemerdekaan ini, tidak boleh juga insecure dengan kita yang masih muda, tetapi, kita harus yakin dan percaya, dengan perkenaan Tuhan dan versi terbaik kita, pemuda Indonesia akan dapat mengguncang dunia, membuat Indonesia semakin jaya dan abadi.

STEM
Students' Passion
Independent e-Learning
One Stop Learning (OSL)
Joining PPPK Petra Programs

Petra Acitya
Excellent Points